Friday, April 22, 2011

PERUBAHAN SOSIAL

A.      Pengertian Perubahan
Masyarakat merupakan suatu populasi yang membentuk organisasi social bersifat kompleks. Dalam organisasi social terdapat nilai-nilai, norma-norma dan pranata-pranata social. Dalam organisasi social terdapat pula peraturan-peraturan untuk bertingkah laku yang kesemuanya berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.
Meskipun norma, nilai, pranata, dan  peraturan dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat dengan tingkat peradaban berbeda,dapat dipastikan tidak akan pernah semua anggotanya mengetahui sekaligus menyetujuinya. Tidak mungkin semua orang akan begitu saja berperilaku sesuai dengan nilai, norma, ataupun peraturan yang berlaku.Kenyataan inilah yang menyebabkan ketidakselarasan atau konflik di tengah-tengah masyarakat.Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam banyak hal akan mendatangkan ketidakselarasan apabila tidak diatur dan diarahkan sebagaimana mestinya.
Masyarakat pasti berubah. Setiap masyarakat   di manapun pasti akan mengalami perubahan dan dinamika sosial budaya, baik di desa maupun di perkotaan. Perubahan dan dinamika itu merupakan akibat dari adanya interaksi antarmanusia dan antarkelompok.Akibatnya,di antara mereka terjadi proses saling mempengaruhi yang menyebabkan perubahan dan dinamika sosial.
Perubahan sosial tidak bisa kita elakkan. Apalagi di zaman yang terbuka ini, kemajuan teknologi yang amat pesat telah membawa berbagai macam pengaruh baik dari dalam maupun dari luar.Semua pengaruh itu begitu mudah hadir di tengah-tengah kita.Lambat laun tanpa disadari kita telah mengadopsi nilai-nilai baru tersebut.
Perubahan dan dinamika yang terjadi di masyarakat bisa berupa perubahan nilai-nilai sosial,norma-norma yang berlaku di masyarakat,pola-pola perilaku individu dan organisasi,susunan lembaga kemasyarakatan ,lapisan-lapisan maupun kelas-kelas dalam masyarakat,kekuasaan, wewenang, interaksi sosial, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, perubahan sosial bisa meliputi perubahan organisasi sosial, status, lembaga, dan struktur sosial masyarakat.
Pengertian perubahan sosial. William F.Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupunyang immaterial.Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktkr dan fungsi masyarakat.Mac Iver mengartikan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
Berikut pengertian perubahan sosial yang lain menurut para sosiolog:

  • Hans Garth & Wright Mills
Perubahan sosial adalah apapun yang terjadi (kemunculan perkembangannya, dan kemunduran), dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.

  • Gillin &Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,kebudayaan material, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

  • Samuel Koenig
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.

  • D. Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan-perubahan dan dinamika sosial budaya tidak selalu berarti kemajuan, tetapi dapat pula berarti kemunduran dalam bidang-bidang kehidupan tertentu. Meskipun demikian, perubahan sosial merupakan topik yang menarik. Alasannya, perubahan sosial menyangkut segala macam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat.


B.        Teori-Teori Perubahan dan Dinamika Sosial  Budaya
Terjadinya perubahan-perubahan sosial dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan akan terus berlangsung sepanjang manusia saling berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat materil maupun immaterial sebagai cara untuk menjaga keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Seperti misalnya unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis atau kebudayaan
Teori penyebab perubahan sosial. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Kondisi yang dimaksud antara lain: kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, ataupun biologi. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek kehidupan sosial lainnya. Beberapa teori yang menjalaskan sebab-sebab mengapa terjadi perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
a.      Teori evolusi
teori ini berpijak pada teori evolusi Darwin dan di pengaruhi oleh pemikiran Herbert Spencer. Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Durkheim berpendapat perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan degnan kerja. Sedangkan tonnies memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat yang terspesialisasi dan impersonal. Tonnies yakin bahwa perubahan-perubahan tersebut selalu membawa kemajuan. Bahkan dia melihat adanya fragmentasi sosial (perpecahan dalam masyarakat), individu manjadi terasing dan lemahnya ikatan sosial sebagai akibaat langsung dari perubahan sosial budaya kea rah individualime dan pencarian kekuasaan. Gejalal itu tampak jelas pada masyarakat perkotaan.
b.  Teori konflik
menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perugahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa konflik sosial merupakan sumber yang paling dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. Ia yakin bahwa konflik dan pertentangan selalua ada dalam bagian masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik, yaitu konflik sosial dan perubahan sosial. Selalu melekat dalam struktur masyarakat.
c.   Teori fungsionalis
Teori ini berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhi mereka, teri ini berhasil menjelaskan perubahan sosial yang tingkatnya moderat.
Konsep kejutan budaya (cultural lag) dari Wiliam Ogburn berusaha manjelaskan perubahan sosial dalam rangka fungsionalis ini. Menurutnya, meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsurnya bisa saja berubah degnan sangat cepat terutama sementara unsure lainnya tidak secepat itu sehingga tertinggal di belakang. Ketertinggalan itu menjadikan kesenjangan sosial dan budfaya antar unsure-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang berubah lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya kejutan sosial dan budaya pada masyarakat.
Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada perubahan nonmaterial seperti kepercayaan, norma, nilai-nilai yang mengatur masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku yang baru, meskipun terjadi dengan nilai-nilai tradisional
d.  Teori siklis
teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat perubahan sosial. Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendaliakan sepenihnya oleh siapapun, bahakan orang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat dielakkan, dan tidak selamanya perubahan sosial itu membawa kebaikan.



C.       Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial
Dengan melihat teori-teori tentang perubahan sosial yang dikemukakan di atas, dapat diketahui fakor-faktor penyebeb terjadinya perubahan sosial. Soekanto mengelompokkan factor-faktor tersebut ke dalam dua golongan besar yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (faktor internal) dan factor yang beasal dari luar masyarakat itu sendiri (factor eksternal).
1.       Faktor internal
·         Bertambahnya atau berkurangnya penduduk
·         Adanya penemuan baru
·         Konflik masyarakat
·         Terjadinya pemberontakan
·         Ideology
2.      Fakor eksternal
·         Lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia
·         Peperangan
·         Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
D.       Konsekuensi Perubahan
1.        Efek Sosial Penemuan dan Invensi
Tidak ada satu pun perubahan sosial yang tidak menimbulkan akibat terhadap kebudayaan setempat. Bahkan inovasi tambahan pun dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Beberapa inovasi menimbulkan dampak yang merusak. Ketika orang Eropa memberikan kampak baja kepada suku Yir Yoront, Australia, pemberian itu tampaknya tidak merusak, tetapi  karena penggunaan kampak batu sudah begitu menyatu dengan kebudayaan setempat, timbullah kerapuhan beruntun pada struktur sosial masyarakat (Sharp, 1952). Kampak baru merupakan simbol kedewasaan pria. Kampak batu itu dapat dipinjamkan kepada wanita dan anak remaja, dan kebiasaan pinjam-meminjam itu merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting dalam organisasi sosial suku Yir Yoront. Manakala kampak baja yang lebih kuat itu dibagikan tanpa tanpa pandang bulu dan dapat dimiliki oleh para wanita dan anak remaja, maka simbol otoritas suku itu pun pudar, sehingga otoritas itu sendiri menjadi kabur, pola hubungan menjadi kacau, dan norma kewajiban timbal-balik ikut menjadi goyah. Batu yang menjadi bahan kampak itu diambil dari daerah selatan yang jaraknya jauh sekali, kemudian diperdagangkan ke daerah utara dengan menggunakan sistem mitra dagang, yang juga memiliki adat istiadat yang sama. Dengan adanya kampak baja, pola hubungan dagang menjadi kendor sehingga adat kebiasan yang sangat bernilai itu pun akhirnya hilang. Jadi, kepunahan fatal pada kebudayaan Yir Yoront disebabkan oleh adanya inovasi kampak batu. Ilustrasi tersebut tampaknya memang dramatis, tetapi apakah dampak mobil atau radio pada kebudayaan Amerika lebih kecil artinya? Ogburn (1933), menemukan sebanyak 150 perubahan sosial yang disebabkan oleh adanya radio, sedang Pool mengumpulkan sejumlah karangan yang berkenaan dengan konsekuensi adanya telepon-mulai dari semakin kuatnya kekuatan polisi sampai dengan penataan-ulang tata kota (Pool,1997).
Ogburn menyebutkan tiga bentuk efek sosial dari invensi: 
1)      Dispersi atau efek beruntun dari sebuah invensi mekanik; misalnya banyaknya efek yang ditimbulkan oleh invensi radio atau mobil, yang mempersingkat waktu perjalanan, menunjang pabrik besar dan perusahaan industri pelayanan, menyediakan pasar bagi bensin, minyak, baja,kaca,kulit,dan barang-barang lain dalam jumlah besar, menciptakan kebutuhan akan program pembangunan jalan secara besar-besaran, mengubah pola pergaulan dan rekreasi; mendorong perkembangan daerah pinggiran kota dan pusat pertokoan, dan konsekuensi lainnya
2)      Suksesi atau efek sosial lanjutan dari sebuah invensi menciptakan perubahan, lalu perubahan tersebut menimbulkan perubahan selanjutnya. Penemu mesin pemisah kapas dari bijinya (a) menyederhanakan proses pembuatan katun dan mengakibatkan katun menjadi lebih menguntungkan. Kerbehasilan tersebut (b) mendorong penanaman pohon kapas yang lebih banyak; dan penanaman itu membutuhkan semakin banyak budak;semakin meningkatnya perbudakan dan ketergantungan wilayah bagian Selatan terhadap ekspor katun, (c)  mendorong meletusnya perang saudara, yang (d)  sangat mendorong perusahan industri berskala besar dan monopoli perdagangan; hal tersebut kemudian (e)  menunjang lahirnya undang-undang anti trust (undang-undang yang menentang penggabungan beberapa industri) dan organisasi buruh; selanjutnya rentetan perubahan tersebut masih tetap berlanjut. Meskipun rentetan perubahan tersebut tidak sepenuhnya disebabkan oleh adanya mesin pemisah kapas dari bijinya, namun penemuan mesin tersebut mendorong.
3)      Konvergensi atau munculnya beberapa pengaruh dari beberapa invensi secara bersamaan. Hal ini dapat diilustrasikan dengan berbagai cara. Pistol berpeluru enam, pagar kawat duri, dan kincir angin menunjang pemukiman dataran Amerika yang luas. Mobil, pompa listrik, dan tanki air antihama memungkinkan terbentuknya daerah pinggiran kota yang modern. Senjata nuklir, peluru interkontinental, dan sistem deteksi radar, menurut pandangan para ahli militer, telah membuat perang total menjadi ketinggalan zaman.
Efek sosial invensi telah banyak ditulis orang. Apakah suatu unsur budaya baru ditemukan di dalam suatu masyarakat atau dimasukkan dari luar masyarakat tersebut bukanlah suatu persoalan; efek sosial terhadap masyarakat itu tetap sama saja, terlepas dari kedua cara itu. Senjata api membuat semua orang sama kuatnya dan mengakhiri kehebatan perwira berkuda dan berbaju besi; meriam mengakhiri kekuatan pertahanan istana abad pertengahan dan memperkuat kekuasaan raja terhadap bangsawan daerah. Suatu unsur budaya yang dimasukkan dari luar seringkali tidak mampu dikendalikan dengan baik oleh suatu masyarakat. Misalnya, primitif yang membuat minuman keras mereka sendiri pada umumnya memiliki budaya- pengendali terhadap penggunaan minuman keras tersebut, tetapi masyarakat primitif yang menerima minuman keras dari orang kulit putih tidak memiliki budaya-pengendali semacam itu, sehingga efek minuman tersebut pada umumnya sangat mmerusak (Horton , 1943). Sebagai contoh, pada masa awal masuknya minuman keras ke dalam masyarakat suku Eskimo di pulau St. Lawrence, para anggota suku itu pun bermabuk-mabukan selama sebulan, sehingga mereka tidak sempat memanfaatkan masa perpindahan beruang laut yang terjadi setahun sekali; akibatnya, pada musim dingin selanjutnya kebanyakan suku Eskimo itu meninggal dunia karena kelaparan (Nelson,1899). Inovasi – apakah itu ditemukan, diinvensi, atau dimasukkan dari luar- berkemungkinan untuk merusak.



2.        Kadar perubahan yang tidak merata
Karena segenap aspek kebudayaan saling bertalian, maka perubahan pada salah satu aspek kebudayaan akan mempengaruhi aspek kebudayaan lainnya. Unsur budaya yang terpengaruh biasanya akan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, tetapi hal tersebut memerlukan waktu. Selang waktu (interval) antara saat datangnya perubahan dengan saat sempurnanya proses penyesuaian disebut kesenjangan budaya (cultural lag), suatu konsep yang di temukan oleh Ogburn (1922, hal.200-213). Dia mengemukakan sebuah ilustrasi bahwa pada sekitar tahun 1870 para pekerja berduyun-duyun mulai bekerja pada pabrik-pabrik, di mana mereka seringkali mengalami kecelakaan yang tidak dapat dihindari. Kenyataan yang berlangsung selama setengah abad, sebelum kebanakan negara bagian menerapkan undang-undang memberikan tunjangan kecelakaan bagi para pekerja. Keenjangan budaya pada kisah tersebut adalah sekitar 50 tahun.
Kesenjangan budaya terjadi bilamana ada aspek budaya yang tertinggal di belakang aspek budaya lainnya yang berkaitan dengan aspek budaya tadi. Barangkali wujud kesenjangan budaya yang paling tampak pada masyarakat Barat dewasa ini adalah kurangnya institusi yang dapat menompang kemajuan perubahan teknologi. Misalnya, pada kebanyakan negara bagian luas sebuah kabupaten (county) didasarkan pada jarak pulang pergi yang dapat ditempuh oleh seseorang dalam perjalanannya kepusat Kabupaten dalam sehari; terlepas dari perkembangan transportasi, luasnya unit kabupaten tetap seperti yang dahulu, sehingga kabupaten tidak mampu melaksanakan sekian banyak fungsinya secara efisien.
Beberapa kesenjangan budaya berupa ketertinggalan suatu bagian budaya material dari budaya material lainnya yang berkaitan. Selama seperempat abad setelah kuda digantikan oleh mobil, orang masih membangun garasi jauh di belakang rumah, karena dahulu kandang kuda yang berbau busuk. Dewasa ini pada beberapa negara sedang berkembang di mana mekanisasi pertanian menggantikan sistem pertanian subsistensi, pembangunan transportasi yang baik, fasilitas penyimpanan dan pemasaran tertinggal di belakang, sehingga banyak bahan pangan rusak di ladang pertanian karena tidak dapat di bawah ke pasar. Acapkali budaya material tertinggal oleh perubahan budaya nonmaterial. Misalnya, sudah sejak dahulu penelitian pendidikan menemukan bahwa alat-alat belajar yang dapat di pindahkan menunjang pengorganisasian kegiatan belajar, tetapi beribu ruang kelas masih tetap memiliki kursi yang tidak bisa  di pindahkan, terpaku pada lantai kelas. Akhirnya suatu aspek budaya nonmaterial bisa juga tertinggal di belakang aspek budaya nonmaterial lainnya yang berkaitan. tampak bahwa ketertinggalan penggunaan alat-alat pengendali kelahiran(birth cintrol) dari kemajuan pengendalian tingkat kematian telah menimbulkan ledakan penduduk, yang mungkin merupakan suatu kesenjangan budaya yang paling banyak membawa malapetaka.
Konsep kesenjangan budaya juga mencakup pengertian adanya perbedaan kadar perubahan dalam suatu masyarakat, bukanya perbedaan kadar perubahan antar masyarakat. Ini menyangkut adanya disharmoni (ke tidak selarasan) antar unsur budaya yang saling berkaitan dalamsuatu kebudayaan, yang tercipta karena adanya perbedaan kadar kecepatan perubahan. Kesenjangan budaya paling banyak terjadi pada masyarakat yang sangat cepat berubah. Semua itu bukanlah merupakan gejala yang menandakan keterbelakangan masyarakat, melaikan gejala yang menandakan masyarakat yang sangat dinamis dan semakin kompleks. Di balik itu, meskipun semua orang cukup bijaksana, objektif, dan mampu menyesuaikan diri, mereka juga memerlukan waktu untuk mempelajari penyesuaian yang di perlukan oleh suatu perubahan baru dan lebih banyak lagi untuk melaksanakan dan menyampurnakan penyesuaian itu, Namun sayang sekali kebanyakan dari kita tidak memahami masalah di luar bidang kita; kita juga di pengaruhi oleh praduga dan kepentingan sendiri, sehingga kita tidak mampu menyesuaikan diri sebagai mana yang kita harapkan. Kesenjangan budaya sangatlah banyak dan akan tetap ada.
3.        Perubahan Sosial dan Masalah Sosial
Suatu masalah sosial seringkali sebagai suatu kondisi yang tidak di senangi oleh banyak orang, sehingga mereka ingin memperbaikinya. Berdasarkan batasan ini, suatu masyarakat yang terintegrasi secara baik tidak akan menghadapi masalah sosial, karena segenap institusi dan kegiatan akan selaras dan dapat sejalan degan nilai-nilai masyarakat. Suatu masyarakat yang mengalami perubahan pasti melahirkan masalah. Hal itu terjadi karena kondisi dalam masyarakat itu sendiri mengalami perubahan sehinga tidak lagi dapat diterima (pertumbuhan penduduk, erosi lapisan tanah, dan penggundulan hutan menciptakan masalah kerusakan lingkungan) atau dapat pula karena nilai-nilai masyarakat yang telah berubah menilai kondisi lama sebagai kondisi yang tidak lagi dapat diterima (pertumbuhan penduduk, erosi lapisan tanah, dan penggundulan hutan menciptakan masalah kerusakan lingkungan) atau dapat pula karena nilai-nilai masyarakat yang telah berubah menilai kondisi lama sebagai kondisi yang tidak lagi dapat diterima (buruh anak-anak, kemiskinan, rasisme, atau perbedaan hak pria-wanita). Masalah sosial merupakan bagian dari konsekuensi perubahan sosial. Meskipun demikian, analisis yang terperinci hanya dibahas dalam buku teks dan mata pelajaran lainnya.
4.         Disorganisasi dan Demoralisasi
Teknologi modern menyebar ke seluruh pelosok dunia. Sebagaimana yang disinggung pada bagian awal bab ini, sampai batas-batas tertentu semua unsur baru merusak budaya yang berlaku. Jika suatu kebudayaan yang segenap unsur dan institusinya selaras serta terintegrasi secara baik mengalami perubahan pada salah satu unsurnya, maka hal tersebut akan mengacaukan tatanan kebudayaan itu. Dewasa ini perubahan tercepat terjadi di negara-negara sedang berkembang; ketika suatu negara hampir mencapai tahap ’modernisasi. Yang utuh, maka tingkat kecepatan perubahan pun menurun (Fierabend dan Fierabend, 1972). Jadi, negara-negara sedang berkembanglah yang mengalami disorganisasi yang terparah, baik karena tingginya tingkat kecepatan perubahan maupun karena ketidak pahaman relatif mereka menyangkut proses perubahan. Modernisasi dan kemajuan melahirkan kepahiatan hidup baru yang harus menanggung akibat inflasi tanpa menikmati keuntungannya. Modernisasi mendorong lahirnya sistem stratifikasi sosial baru dan menunjang peningkatan kompetisi etnik di negara-negara berkembang. Kemajuanpun merupakan rahmat sekaligus petaka.
Manakala suatu kebudayaan mengalami disorganisasi yang sangat parah maka perasaan aman, moral, dan tujuan hidup para penduduk tidak menentu. Bila mana rakyat bingung dan tidak memiliki kepastian sehingga perilaki mereka pun tidak menentu, kabur dan saling bertentangan. Maka mereka disebut orang yang rapuh pribandinya (personally disorganized). Bilamana kerapuhan pribadi tersebut berlanjut sampai mereka kehilangan pedoman akan tujuan hidup, lalu menarik diri dai masyarakat dan bersikap apatis, maka kita meenyebut mereka sebagai orang yang tanpa semangat hidup (demoralized).mreka telah kehilangan semangat hidup dan acapkali kemampuan untuk mengandalikan perilaku mereka ikut hilang. Suatu masyarakat yang kehilangan semangat hidupnya sangat berkemungkinan untuk mengalami penurunan jumlah penduduk melalui turunnya tingkat kelahiran dan naiknya tingkat kematian, atau keduanya. Kecenderungan memunahnya masyarakat yang benar-benar telah kehilangan semangat hidup telah menarik perhatian sejumlaha ahli antropologi.
Pemusnahan bison menghilangkan semangat hidup orang indian Amerika di Great Plains. Mereka memanfaatkan bison untuk keperluan sandang, pangan, dan papan. Lebioh dari 50 bagian tubuh bison yang sudah mati dimanfaatkan oleh suku indian. Perburuan bison memungkinkan tersedianya bahan utama bagi upacara keagamaan orang indian, merupakan bagian dari penentuan tahap kedewasaan seseorang, dan merupakan wahana untuk memperoleh status dan pengakuan masyarakat. Peperangan yang juga merupakan wahana untuk memperoleh status pun tergantung pada ketersediaan daging bison yang memadai. Ketika pemerintah memusnahkan bison untuk menentramkan orang indian, upaya tersebut pun ikut melenyapkan semangat orang itu. Fungsi pesta perang dan perburuan bison yang utuh dan mampu memberikan status akhirnya hilang. Setelahj itu, upacara keagamaan menjadi hampa dan tidak bermakna lagi. Ekonomi perburuan mengalami kerusakan total, sehingga orang indian hanya dapat hidup dari bantuan pemerintah dan kadang kala mengalami kelaparan. Tujuan dan nilai-nilai tradisional yang memberi semangat hidup dan makna dalam kehidupan, tidak lagi ada. Sementaar itu, upaya menggantikannnya dengan tujuan dan nilai-nilai orang kulit putih merupakan upaya belajar yang dapat dikatakan mustahil. Dibeberapa tempat dimana orang indian berhasil menerapkan sistem ekonomi orang kulit putih juga akhirnya mengalami kegagalan, karena kerakusan orang kulit putih terhadap tanah orang indian banyak suku indian menjadi sangat lemah karena keruntuhan budaya mereka sendiri, penolakan masyarakat kulit putih, serangan penyakit orang kulit putih, dan kecanduan minuman keras. Depolulasi (kepunahan penduduk) suku indian terjadi di hampir di semua tempat, dan barulah pada abad ini jumlah penduduk masyarakat indian mulai meningkat. Peristiwa perubahan sosial yang merusak disorganisasi kebudayaan, kehancuran pribadi, dan hilangnya semangat hidupo masyarakat seperti ini, telah terjadi ratusan kali dalam sejarah peradaban manusia.    

No comments:

Post a Comment