Tuesday, April 5, 2011

PSB (Pusat Sumber Belajar)


Pusat Sumber Belajar (PSB) 
translate of (The School Library Media Program)

Pusat sumber belajar meliputi semua sumber daya dan aktivitas yang mana staf pusat sumber belajar menerjemahkan misi menjadi kenyataan. Berbagai model ada untuk program sukses. Aktivitas dan sumber daya termasuk dalam program pusat sumber belajar yang ditentukan oleh tujuan bidang pendidikan dan tujuan sekolah.
Sekolah, seperti individu, memiliki sifat unik, karena keadaan sejarah, geografi, demografis siswa, pengajaran dan gaya kepemimpinan, dan sejumlah faktor lain. Walau semua sekolah harus mempertahankan pelayanan dasar, kurikulum lokal dan regional yang tercermin dalam penekanan program. Prioritas khusus dapat berubah dari waktu ke waktu dalam sebuah sekolah tunggal, dan mereka mungkin berbeda antara sekolah, antara daerah, dan di antara sistem negara. Dalam satu sekolah, pusat sumber belajar mungkin paling kuat dibidang bimbingan membaca dan apresiasi sastra. Di sisi lain, sumber daya dan fasilitas dapat memusatkan pada kemampuan komunikasi dan produksi media. Salah Satu koleksi saya mengkhususkan diri dalam seni pertunjukan, sementara lain dapat mendukung pinjaman mainan (peralatan) atau proyek software evaluasi pendidikan. Potensi untuk mengembangakan sumber daya dan jasa terbatas. 
Semua program pusat sumber belajar yang fektif, apapun kekuatan individual mereka, berbagi tujuan umum dan prinsip-prinsip dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip menyediakan spesialis pusat sumber belajar dengan bimbingan dalam pengimplementasian program.

A.      Kontribusi Pusat Sumber Belajar untuk Proses Pendidikan
            pusat sumber belajar sepenuhnya diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah adalah pusat proses pembelajaran. Ini adalah elemen penting dalam perkembangan intelektual siswa, mempromosikan langkah pembelajaran dan menyampaikan pentingnya menggunakan dan mengevaluasi informasi dan ide-ide sepanjang hidup.
Mengembangkan kemampuan berpikir jernih, kritis, dan kreatif tergantung pada aliran informasi-baik dari langsung, persepsi langsung dan dari persepsi disaring dan dikomunikasikan melalui media, yang menggunakan bahasa dari suara, gambar, mencetak, dan gerakan. Pusat sumber belajar menyediakan program yang berlimpah, sumber belajar yang tepat dalam berbagai format. Kemampuan berpikir kritis juga dipupuk ketika siswa diberikan kesempatan untuk belajar bagaimana untuk menempatkan, menganalisis, mengevaluasi, menafsirkan, dan mengkomunikasikan informasi dan ide. Spesialis pusat sumber belajar sering menawarkan, kegiatan yang direncanakan untuk melatih siswa dan memungkinkan praktek dalam penggunaan sumber belajar dalam berbagai format.
Di PSB sekolah, guru dan siswa belajar untuk menggunakan teknologi informasi baru sebagai alat pengajaran dan pembelajaran. Fungsi spesialis PSB sebagai "perantara" sebuah informasi, membantu siswa, guru, dan orangtua belajar bagaimana mengatasi ledakan (perkembangan yang pesat) informasi dan bagaimana memanfaatkan kemungkinan informasi dunia yang luar biasa kaya.
Sebuah PSB yang komprehensif menawarkan siswa dan guru berbagai alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan alternatif bahan yang tepat, proses, dan tempat, dapat disesuaikan dengan gaya belajar individu dan kemampuan.
Program ini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan individu siswa dan pembangunan. Konsep diri dan harga diri yang meningkat ketika siswa, bekerja secara mandiri atau dalam kelompok kecil, menggunakan sumber daya informasi dan teknologi telah berhasil untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sumber daya ini memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk membantu meningkatkan kreativitas dan membantu siswa menemukan dan mengatasi tantangan. Selain itu, sumber daya yang tersedia memberikan kontribusi terhadap siswa pembangunan seni dan budaya.
Dengan berbagai bahan ajar, laboratorium menjadi pusat informasi, memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan menggunakan informasi. PSB menyediakan sebuah "pasar ide" yang benar, di mana pengguna menemukan tantangan intelektual ketika mereka mengevaluasi dan mencerna ide-ide. Melalui program ini, siswa menjadi akrab dengan lingkungan dan jasa seorang agen informasi modern, menyiapkan mereka untuk menggunakan perpustakaan dan agen-agen informasi lainnya sepanjang hidup mereka.



B.       Pengoperasian Pusat Sumber Belajar
Setiap PSB terdiri dari dua komponen utama, terdiri dari kegiatan yang direncanakan dan layanan yang membantu siswa dan staf dalam berinteraksi dengan sumber daya untuk memfasilitasi belajar dan mengajar. Yang lain mencakup informasi, tenaga, peralatan, dan ruang, sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan dan pelayanan.

1.        Kegiatan dan layanan pendukung pengajaran dan pembelajaran
           Dalam PSB, siswa dan guru terlibat dalam banyak kegiatan belajar yang berbeda. Istilah pusat sumber belajar sekolah memunculkan gambar dari: siswa sangat gemar membaca-di meja atau tergeletak nyaman di "reading corner"(ruangan); siswa menggunakan berbagai sumber informasi, baik buku atau layanan informasi terkomputerisasi, lingkaran anak-anak muda menikmati membaca cerita dramatis, atau sekelompok mahasiswa bekerja sama dengan spesialis media perpustakaan dalam memproduksi sebuah presentasi video.
Sebuah gambaran lengkap dari sebuah Pusat sumber belajar adalah satu di mana semua kegiatan-dan lebih-terjadi. Pusat sumber belajar meliputi berbagi ide dan cerita melalui bercerita, slide dan produksi video, dan presentasi dramatis. Semua usia siswa menggunakaan peralatan modern dan kamera video sederhana untuk membuat gambar visual untuk menyampaikan informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Siswa mengajari siswa yang lain dan berunding dengan guru atau spesialis media perpustakaan saat mereka bekerja di tengah proyek pembelajaran tersebut. Guru, spesialis media perpustakaan sekolah, dan siswa mendorong satu sama lain untuk mengeksplorasi bahan-bahan baru dan mencoba berbagai sumber informasi.
Para anggota staf PSB memberikan instruksi dalam menggunakan bahan dan peralatan melalui presentasi formal yang memperkenalkan bahan baru atau mengajarkan keahlian akses khusus seperti pencarian elektronik. Instruksi formal kurang terjadi saat siswa meminta bantuan dari spesialis PSB atau menawarkan bantuan ketika membutuhkan bantuan yang diamati. Pada komputer pribadi, siswa menggunakan program tutorial serta pengolahan kata dan perangkat lunak grafis.
Spesialis pusat sumber belajar mengadakan rapat perencanaan tetap dengan guru individual dan tim pengajar. Bekerja bersama-sama, mereka merancang unit instruksional dan mengidentifikasi potensi sumberdaya untuk pembelian. perencanaan kurikulum, desain kegiatan pembelajaran, dan pengembangan bahan ajar yang diproduksi secara lokal terjadi secara berkelanjutan.
Spesialis PSB terus menerus terlibat dalam berbagai "perantara" kegiatan untuk memastikan bahwa pengguna dapat memperoleh akses intelektual serta akses fisik ke informasi yang mereka butuhkan. Sebagai penghubung utama antara pengguna dan informasi, spesialis PSB menyediakan berbagai jenis dan tingkat bantuan.
Semua kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran individu dan kelompok. Mereka memberikan motivasi, praktek, dan peluang yang diperlukan untuk mendorong penelitian bebas dan belajar secara mandiri. Dan mungkin yang paling penting dari semua, mereka dilaksanakan dalam suasana yang mendorong pengguna untuk merasa senang tentang informasi dan ide-ide dan kompeten dalam penggunaannya.

2.        Sumber daya dan Ruang yang Dibutuhkan untuk Mendukung Belajar dan Mengajar
   pembelajaran dan pengajaran yang efektif mendiktekan bahwa sumber daya informasi dan ruang khusus harus cukup dan tersedia. Pusat sumber belajar memerlukan ruang yang dirancang untuk menampung kegiatan belajar, untuk bahan dan tampilan, dan untuk menyediakan distribusi dan penyampaian informasi dan sumber belajar untuk semua bagian dari gedung sekolah. Spesialis PSB bekerjaan baik untuk memastikan bahwa sumber belajar dapat digunakan di seluruh gedung dan untuk menciptakan ruang yang mendorong penggunaannya.
            Pusat Pusat sumber belajar sendiri menarik siswa dan diatur sehingga banyak kegiatan yang dapat terjadi secara simultan. Di pusat sumber belajar, beberapa siswa mencari tempat yang tenang untuk belajar sendiri. Yang lain lebih memilih untuk bekerja sama, menggunakan ruang rapat untuk diskusi kelompok kecil atau praktek untuk debat. Pusat sumber belajar  memiliki ruang mengajar yang berdekatan sehingga instruksi formal dapat diberikan kepada siswa di lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran yang efektif. Guru memanfaatkan area yang disetting untuk mereka belajar, untuk mempersiapkan dan mereproduksi materi pengajaran, atau untuk mengadakan pertemuan atau konferensi. area produksi Media memungkinkan siswa dan guru untuk mengembangkan film, membuat kaset audio, membuat produksi video, dan melihat video atau film.
            Siswa memiliki akses yang mudah ke semua media. Sebuah area yang terbuka sekitar bookstacks, bahan-bahan audiovisual, majalah saat ini, menampilkan paperback, dan counter referensi  membuat area ini memungkinkan dikunjungi bagi siswa yang secara fisik memiliki gangguan untuk mencari bahan. Menampilkan dan bahan promosi mendorong siswa untuk mengeksplorasi sumber-sumber informasi baru dan menemukan bahan untuk membaca kurikuler dan rekreasi, melihat, dan mendengarkan.
            Pengguna memiliki akses ke berbagai macam dan berbagai sumber informasi di pusat sumber belajar, seluruh sekolah, dan seterusnya. jaringan komputer menyediakan akses ke sumber daya informasi nasional dan bahkan di seluruh dunia. Koleksi pusat sumber belajar berisi koleksi umum dan khusus dari banyak cetakan yang digunakan dan sumber daya non cetak. Selain menekankan bahan yang khusus berkaitan dengan berbagai mata pelajaran sekolah, sebuah koleksi rumahan juga merupakan  bahan yang memberikan kesempatan untuk mengejar kepentingan individu.
            Informasi tersedia melalui banyak format, termasuk buku dan majalah, microforms, perangkat lunak komputer, film, dan video, database CD-ROM, dan lainnya. Akses ke informasi ini diberikan melalui indeks cetak dan komputerisasi, katalog, dan program bantuan pencarian. Alat bantu penyelidikan, dalam hubungannya dengan bantuan pribadi dari spesialis PSB, menyediakan akses intelektual yang nyaman dan efektif untuk dunia sumber informasi. Pedoman khusus untuk sumber daya dan peralatan yang dibutuhkan untuk pusat sumber belajar yang efektif yang menjelaskan dalam bab 5; mereka untuk kebutuhan fisik dan spasial pusat media perpustakaan sekolah termasuk dalam bab 6.

C.      Kemitraan untuk kesuksesan pusat sumber belajar
            Keefektifan pusat sumber belajar tergantung pada kolaborasi dari semua pihak yang bertanggung jawab untuk pembelajaran siswa. Koordinasi dari pengembangan kurikulum dan implementasi dengan sumber daya atau pusat sumber belajar dan penerapan prinsip-prinsip akses informasi pada onsep kurikulum memberikan dasar untuk program-progam yang efektif. Akibatnya, semua anggota komunitas pendidikan, termasuk guru, kepala sekolah, siswa dan spesialis media perpustakaan, menjadi mitra dalam tujuan bersama yang menyediakan pengalaman belajar untuk kesuksesan semua siswa.

1.      Kepala Sekolah
Kepala sekolah bekerja dibawah pengawasan kabupaten, merupakan pemimpin utama pembelajaran di sekolah. Ia harus mengetahui pembelajaran yang berbasis sumberdaya dan pentingnya pusat sumber belajar. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan harapan untuk pusat sumber belajar kepada seluruh staf dan untuk memastikan bahwa spesialis media perpustakaan sekolah befungsi sebagai anggota tim mengajar. Bekerja sama dengan guru dan spesialis media perpustakaan sekolah untuk menetapkan tujuan yang jelas dan memberikan metode evalusi kemajuan, kepala sekolah dapat memfasilitasi integrasi penuh dari pusat sumber belajar ke dalam kurikulum.
Sebagai pemimpin administrasi pembangunan, kepala sekolah memastikan bahwa pusat sumber belajar memiliki sumber daya yang memadai untuk melaksanakan misi dan memberikan bantuan administrasi yang diperlukan untuk memungkinkan spesialis PSB untuk melayani dalam peran yang profesional. Kepala sekolah juga mendukung peran bahwa dengan struktur penggunaan PSB fleksibel dan memungkinkan waktu untuk perencanaan dan kerja kurikulum. Selain itu, kepala sekolah mendukung kegiatan intern bahwa guru membantu memahami penggunaan sumber informasi yang bervariasi dan bagaimana teknologi baru berkontribusi untuk meningkatkan pembelajaran. Kepala sekolah mendorong pengembangan hubungan dengan lembaga masyarakat lainnya sehingga guru menggunakan sumber daya dan materi dalam masyarakat, maupun yang dari pusat media perpustakaan sekolah, dalam penataan kegiatan belajar bagi siswa mereka.

2.      Guru
Dalam program pembelajaran berbasis sumber daya, guru mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa dan mengembangkan unit belajar untuk mereka. Pengembangan ini mencakup pemilihan berbagai strategi pengajaran, penggunaan bahan-bahan sumber daya yang tepat, dan evaluasi prestasi siswa. Guru kelas bekerja dengan spesialis PSB, yang juga seorang guru, untuk memastikan penggunaan yang efektif dari semua format yang sesuai bahan ajar dalam pengalaman belajar siswa. Selain itu, guru kelas bekerja kooperatif dengan staf perpustakaan media untuk mendorong dan membantu siswa dalam produksi media. Bagian dari peran guru dalam menggunakan informasi dan sumber daya instruksional sebagai dasar untuk belajar mencakup pengembangan kooperatif dan pengajaran keterampilan informasi kurikulum. Guru kelas dan spesialis media perpustakaan bekerja sama dalam mengembangkan keterampilan untuk pembelajaran, termasuk penghargaan dan menikmati semua jenis media komunikasi.

3.        Siswa
adalah mitra dalam proses belajar-tidak kurang dari kepala sekolah, guru, dan spesialis media perpustkaan dan dengan demikian, siswa harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara teratur dalam perencanaan untuk kegiatan pusat sumber belajar. Siswa dapat melayani di dewan penasihat dan membantu dalam perencanaan, evaluasi, dan media promosi layanan PSB. Bila mungkin, siswa harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pemilihan dan evaluasi bahan, dalam pengembangan kebijakan untuk penggunaan pusat PSB sekolah dan bahan, dan dalam penciptaan kegiatan baru yang akan melayani kebutuhan belajar.

E.       Perpustakaan Media spesialis
Sebagai mitra dalam proses pembelajaran, spesialis pusat sumber belajar menyediakan hubungan manusia yang dibutuhkan antara program pengembangan media perpustakaan media dan pengguna yang dilayani oleh program dengan baik. Dengan demikian, mereka menerjemahkan tujuan yang disajikan dalam laporan misi ke dalam kehidupan, pengalaman belajar yang inspiratif. Spesialis PSB membawa ke komunitas ahli pengetahuan sekolah tentang dunia informasi dan ide-ide dalam segala bentuknya. Ketiga peran spesialis media perpustakaan-spesialis informasi, guru, dan konsultan-instruksional dijelaskan secara rinci dalam Bab 3.





 
 

Pola Asuh Orang Tua


A.      Pola Asuh Orang Tua
Sebelum membahas mengenai konsep pola asuh orang tua, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai makna dari keluarga. Sebab, pola asuh orang tua terjadi dalam lingkup pendidikan keluarga.Lingkungan keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama dan terpenting, karena sejak timbulnya adab kemanusiaan, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap – tiap manusia (Dewantara, dalam Shochib,1998:100).
Selanjutnya Gerungan (1996:180) mengemukakan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompok. Di dalam keluarga, individu pertama – pertama belajar memperhatikan keinginan – keinginan orang lain, belajar bekerjasama, belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma – norma dan percakapan – percakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain.
Pengalaman berinteraksi anak dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa ada pengaruh orang tua terhadap perkembangan kepribadian anak, dimana pengaruh tersebut dapat diwujudkan melalui ucapan – ucapan, perintah yang harus dikerjakan anak, dukungan dan larangan terhadap hal – hal yang dilakukan anak, hukuman dan ancaman terhadap perilaku yang tidak boleh dilakukan anak, dan selanjutnya akan menjadi model yang akan dicontoh, kemudian diresapi, untuk selanjutnya akan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya.
Schaefer (1991:7) mengemukakan bahwa tujuan utama mengasuh anak adalah mempunyai tanggung jawab mensosialisasikan anak yang mengarah pada perkembangan pribadi dan moral anak. Mengasuh anak merupakan usaha keras untuk membentuk anak berkepribadian seperti harapan orang tuanya pada umumnya.Bagi orang tua, mengasuh anak merupakan proses yang kompleks sebab banyak hal yang harus diperhatikan. Hal yang berkaitan dengan model dan cara orang tua mengasuh anaknya antara lain pemberian kasih sayang, penanaman rasa disiplin, pemberian hadiah, pemberian hukuman, pemberian teladan, penanaman sikap dan moral, perlakuan yang adil, pembuatan peraturan serta kecakapan mengatur anak. Secara keseluruhan rincian tersebut termasuk dalam rangkaian suatu pola tertentu, dalam hal ini adalah pola asuh orang tua.
Menurut Hidayah,dkk (1994:20) Pola asuh orang tua adalah suatu “parental attitude” dimana orang tua memperlakukan anaknya dalam komunikasi sehari – sehari dalam mengasuh dan memelihara anak, baik ayah, ibu maupun keduanya.Dalam mengasuh anak khususnya remaja, orang tua harus memperhatikan bagaimana dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, pemberian reward dan punishment pada perilaku anak serta penanaman sikap dan moral kepada anak.

            Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara mendidik dan membimbing orang tua kepada anaknya yang mengarah kepada pengembangan pribadi dan menentukan perilaku bagi anak dalam suatu keluarga.

B.       Jenis Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) dikategorikan menjadi tiga macam yaitu otoriter, demokratis, dan permisif.
1.      Pola Asuh Otoriter
Menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) pola otoriter disini orang tua menentukan segala kegiatan anaknya secara paksa. Orang tua menentukan kegiatannya dan anak hanya diberi instruksi langkah – langkah yang paling  dekat, tanpa diberikan kebebasan untuk menentukan kegiatannya sendiri.
Menurut Hurlock (dalam Hidayah,dkk 1994:21) Penerapan pola asuh otoriter akan menimbulkan percekcokan karena orang tua berharap dirinya lebih mengambil peran dalam kehidupan anaknya.Keputusan atas segala sesuatu ditentukan oleh orang tua, sehingga anak akan cenderung mendapatkan hukuman fisik bila menentang orang tua. Sementara remaja yang mendapatkan pola asuh ini, bila kecenderungan emosional kuat, maka berakibat adanya perselelisihan dalam keluarga, meyebabkan perilaku agresi muncul sebagai bentuk perlawanannya.
Dalam pola asuh ini orang tua mengontrol semua aktivitas anak dengan ketat, membuat standar yang harus dituruti oleh anak serta orang tua tidak memberikan kebebasan anak untuk melakukan hal yang diinginkan, sehingga jika anak melanggar peraturan orang tua maka sanksi hukuman fisik maupun verbal akan diterima anak. Selain itu juga tidak memberikan pujian (reward) atas perilaku yang telah dilakukan, meskipun perilaku tersebut dilakukan sesuai dengan kehendak dari orang tua mereka.Anak dalam pengasuhan ini merasa terkekang, menyebabkan perkembangan anak mengalami kemunduran, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, ragu – ragu dalam bertindak dan lamban berinisiatif.
Berdasarkan uraian diatas bahwa dalam keluarga otoriter, perkembangan anak semata – mata ditentukan orang tua. Disini orang tua cenderung menguasai anak. Anak tinggal patuh saja pada orang tua, seolah – olah orang tua berdiri didepan dan anak beridiri di belakang mengikuti semua kehendak orang tua.Sehingga akan membentuk anak yang memiliki sifat suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangan, mudah putus asa, kecemasan dan ragu – ragu dalam mengambil keputusan.
2.      Pola Asuh Demokratis
            Anak yang dibesarkan dalam pola asuh demokratis akan mempunyai rasa percaya diri yang baik, bertanggung jawab dan dapat menghargai orang lain. Anak disini diberi kebebasan untuk memilih dengan disertai bimbingan yang penuh kasih sayang dan pengertian dari orang tua (Hurlock, dalam Hidayah,1994:21).
            Menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) pola asuh demokratis disini orang tua sebagai pemimpin keluarga mengajak anaknya menentukan tujuan serta merencanakan langkah – langkah. Orang tua memberi bantuan nasehat dan memberikan saran – saran kepada anak mengenai macam kemungkinan yang dapat mereka pilih sendiri mana yang terbaik.
            Berdasarkan uraian diatas bahwa keluarga demokratis, orang tua tidak bersikap “maha kuasa” dan orang tua tidak bersifat “tak berkuasa sama sekali” terhadap perkembangan anak.Perkembangan anak tidak dibiarkan begitu saja tanpa kontrol orang tua, tetapi anak juga tidak menerus diatur sehingga sama sekali tidak mendapatkan kebebasan dalam bertingkah laku dan berinisiatif.Orang tua dalam keluarga ini bersikap di depan memberi contoh, ditengah memberikan motivasi dan di belakang memberikan dorongan. Orang tua dalam keluarga demokratis memiliki tanggung jawab dan dapat dipercaya.
3.      Pola Asuh Permisif
Menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) istilah pola asuh permisif ini adalah orang tua menjalankan peranan yang pasif, menyerahkan penentuan tujuan dan kegiatan seluruhnya kepada anak dengan memenuhi segala kebutuhan, tanpa mengambil inisiatif apapun dan orang tua hanya bertindak sebagai penonton. Pola asuh permisif ini diberi istilah juga dengan rejection atau penolakan, dimana orang tua memperlakukan anak dengan sifat yang keras, penuh kebencian, tanpa kasih sayang dan selalu menentang kemauan anaknya.
Sedangkan pendapat dari Hurlock (dalam Hidayah,1994) orang tua dalam pola asuh permisif menunjukan kontrol yang kurang, orang tua bersikap longgar atau bebas, bimbingan terhadap anak kurang dan semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya. Pola asuh ini orang tua menjalankan peranan yang pasif, menyerahkan penentuan tujuan dan kegiatan seluruhnya kepada anak dengan memenuhi segala  kebutuhan.
Berdasarkan uraian diatas bahwa keluarga permisif, orang tua membiarkan anak berkembang secara bebas. Anak merupakan pusat dari segalanya, sedangkan orang tua sekedar mengikuti dari belakang. Anak dibiarakan bebas untuk melakukan segala hal yang disukainya. Orang tua hanya mengikuti apa yang dilakukan anak, sehingga anak kurang mempunyai rasa hormat pada orang tua.

C.      Faktor – faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan artikel online Lentera Kehidupan (2010, akses www.beranda.blogspot.com), faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua sebagai berikut.
1.        Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor pembentuk kepribadian. Lingkungan dengan kondisi yang ramai, panas dan bersesakan akan memudahkan timbulnya perilaku yang cenderung negatif. Keluarga yang tinggal dalam lingkungan ini, cenderung akan bersifat lebih keras daripada lingkungan yang bersuasana tenang. Dalam hal ini, pola asuh orang tua akan terpengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya.


2.        Faktor Turun – temurun
Sebagian orang tua mewarisi pola asuh yang didapatkan dari orang tuanya. Seorang bapak atau ibu sebagai orang tua menerapkan pola asuh orang tua sesuai dengan pengasuhan yang dialaminya sejak kecil. Tidak semua pengasuhan dari orang tuanya dahulu diterapkan dalam pola asuh, tetapi orang akan menerapkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Motivasi

A.          Pengertian
Motivasi merupakan pendorong untuk bertindak. Dalam motivasi akan timbul kekuatan, yang berpangkal pada naluri seseorang. Menurut Davies, (1987:214) motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Jika dalam diri seseorang mempunyai motivasi, maka ia berada dalam ketegangan yang mengarah pada ketegangan karena ia siap mengerjakan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dalam diri seseorang yang mempunyai motivasi, maka akan terdapat seperangkat kebutuhan dalam dirinya yaitu untuk mencapai apa yang diharapkan.
B.           Motivasi Belajar dan Motivasi Berprestasi
Motivasi belajar adalah pendorong yang dapat menjadi penggerak dalam belajar. Jika motivasi belajar siswa rendah dan dapat diperbaiki kembali jika dia memperoleh informasi yang benar. Karena itulah peran guru dalam memotivasi siswa sangat penting. Sedangkan motivasi berprestasi pada dasarnya sama, namun yang membedakan adalah dorongan siswa untuk memperoleh kesuksesan dalam bidang pendidikan. Karena itu strategi yang efektik dan efisien untuk meraih keberhasilan tersebut diperlukan motivasi. Motivasi bisa diperoleh dari dalam maupun dari luar dirinya sendiri.
Prestasi  adalah  suatu  kegiatan  yang  telah  dikerjakan,  diciptakan  baik
secara individual atau kelompok. Sedangkan, menurut Anis Mata motivasi berprestasi ialah motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Problem lemahnya minat dan motivasi belajar biasanya disebabkan karena seseorang ingin terus santai, malas-malasan, dan tidak mempunyai gairah untuk belajar.
C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
 Menurut Muhibbinsyah, dalam Wardiyati, (2006:22)   faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
 1.  Faktor  Internal  (faktor  dari  dalam  diri  siswa),  yakni  keadaan/kondisi
      jasmani atau rohani siswa
2.  Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar
     siswa
3.  Faktor  Pendekatan  Belajar  (approach  to  learning),  yakni  jenis  upaya
     belajar  siswa  yang  meliputi  strategi  dan  metode  yang  digunakan    
     siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
D. Faktor-faktor Dalam Motivasi
1.      Ketekunan
Kemampuan untuk waktu periode yang cukup panjang. Sementara anak sangat tidak bisa berkonsentrasi pada satu aktivitas selama satu jam, masih ada perbedaan terukur dalam jangka waktu bahwa anak-anak akan terlibat dalam sebuah kegiatan. Motivasi akan tetap terlibat dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan sebuah motivasi anak akan sangat mudah menyerah jika tidak langsung berhasil. Anak-anak belajar ketekunan ketika mereka sukses di tugas yang menantang. Seni dalam membangun kegigihan dalam menawarkan tugas yang cukup menantang, tapi tidak banyak.
2.      Pilihan Tantangan
Anak-anak yang mengalami kesuksesan dalam memenuhi salah satu tantangan akan termotivasi, untuk yang lain. Motivasi belajar ini akan memilih aktivitas yang sedikit sulit bagi mereka, tetapi memberikan tantangan yang sesuai ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas dan anak mendapatkan tingkat kepuasan yang tinggi. Anak-anak termotivasi (anak-anak yang tidak mengalami kesuksesan awal) akan mengambil sesuatu yang sangat mudah dan memastikan sukses secara instan. Dengan keberhasilan yang mudah dan anak merasa sangat rendah tingkat kepuasannya karena mereka tahu bahwa tantangan tugas yang ditawarkan hanya sedikit.
3.      Ketergantungan pada Anak Dewasa
Anak-anak dengan motivasi intrinsik yang kuat tidak memerlukan anak dewasa untuk mengawasi dan membantu kegiatannya. Anak-anak yang memiliki tingkat yang lebih rendah motivasi membutuhkan perhatian terus menerus dari anak dewasa dan tidak dapat berfungsi secara independen. Anak tua dapat meningkatkan kemungkinan membangunan motivasi independen anak mereka dengan menyediakan mainan, kegiatan untuk meningkatkan kreativitas anak dan rasa ingin tahu. Misalnya mainan mobil mainan, krayon dan kertas. Hal-hal ini dapat mendorong anak-anak untuk menciptakan dunia mereka sendiri tidak  tergantung pada anak dewasa untuk menghibur mereka.
4.      Emosi
Anak-anak yang termotivasi akan memiliki tampilan yang positif dari emosi. Mereka puas dengan pekerjaan mereka dan menunjukkan kenikmatan lebih dalam kegiatan. Anak-anak tanpa motivasi yang sesuai akan muncul tenang, muram dan bosan. Mereka tidak akan senangan jelas dalam kegiatan mereka dan seringkali akan mengeluh. Rewel, cengeng biasanya merupakan indikator yang sering ditunjukkan anak jika tidak merasa sangat baik tentang dirinya dan membutuhkan petualangan baru.
5.      Interpersonal
a.       Persaingan
Kompetisi atau persaingan memotivasi perilaku anak karena anak dapat meningkatkan diri mereka sendiri ketika mereka mampu membuat perbandingan kinerja mereka sendiri untuk anak lain. Sementara semua anak tampak termotivasi untuk beberapa hal oleh persaingan, pentingnya kompetisi lebih besar untuk anak dari anak lain. Perbedaan ini sering berhubungan dengan pengalaman anak yang sebelumnya. persaingan tidak harus kompetisi formal.   
b.      Kerjasama
Kerjasama anak itu berasal dari kepuasan kerja terhadap tujuan kelompok. Seperti halnya dengan persaingan, kekuatan memotivasi kerjasama yang kuat dari yang lain, dan perbedaan-perbedaan ini sering berhubungan dengan pengalaman anak yang sebelumnya atau yang berlangsung pada kerjasama. Kerjasama tidak harus didasarkan pada pembelajaran kooperatif formal. Semua yang dibutuhkan adalah anak yang kepuasan berasal dari kontribusi terhadap keberhasilan anak lain.
c.       Pengakuan
Kebanyakan anak menikmati upaya dan prestasi diakui dan dihargai oleh anak lain untuk memperoleh pengakuan, aktivitas belajar harus terlihat oleh anak lain. Ada tiga cara untuk mencapai visibilitas: (1) proses melakukan suatu kegiatan dapat terlihat, (2) produk dari kegiatan dapat terlihat, atau (3) beberapa hasil kegiatan lainnya dapat terlihat (misalnya, artikel dapat muncul di koran daftar nama-nama anak yang berpartisipasi secara adil).
D.           Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari faktor dari dalam diri siswa. Motivasi intrinsik sering dijadikan sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran karena terdapat usaha untuk menambah pengetahuan. Hakekatnya memotivasi kegiatan mereka di mana anak akan terlibat karena tidak ada hadiah selain bunga dan kepuasan yang menyertai mereka. Pada tabel akan menunjukkan, membagi faktor-faktor yang meningkatkan motivasi menjadi faktor individu dan faktor interpersonal. faktor individu dalam arti bahwa mereka beroperasi bahkan ketika anak bekerja sendirian. faktor interpersonal, di sisi lain, memainkan peran hanya ketika anak lain berinteraksi dengan pelajar. Hal ini dibahas secara rinci pada table berikut
Faktor
Deskripsi
Tantangan
Anak termotivasi ketika mereka bekerja ke arah pribadi yang berarti. Pencapaian tujuan membutuhkan aktivitas optimal (intermediate) tingkat kesulitan.
Curiosity
Sesuatu dalam lingkungan fisik menarik perhatian anak atau ada suatu tingkat optimal dari perbedaan antara pengetahuan sekarang atau keterampilan dan apa yang dapat jika anak terlibat dalam beberapa kegiatan.
Kontrol
Anak memiliki kecenderungan dasar untuk ingin mengendalikan apa yang terjadi pada mereka.
Fantasi
Anak menggunakan citra mental dari hal-hal dan situasi yang sebenarnya tidak ada untuk merangsang perilaku mereka.
Kompetisi
Anak merasa puas dengan membandingkan kinerja mereka baik terhadap orang lain
Kerja sama
Anak merasa puas dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
Pengakuan
Anak merasa puas ketika orang lain mengakui dan menghargai prestasi mereka.

E.       Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya dipengaruhi rangsangan dari luar. Definisi lain menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Menurut Dimyati (1994:84) motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan masyarakat. Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaliknya jika hasil belajar tidak baik, memperoleh nilai kurang, mak akan memperoleh peringatan atau hukuman dari guru atau orang tua.
F.            Aspek-aspek Dalam Motivasi
1.      Aspek Fisiologis
Motivasi tidak sepenuhnya merupakan konsep psikologis. Selain sebagai intelektual dan emosional, kecenderungan anak untuk terlibat dalam perilaku adalah setidaknya sebagian ditentukan oleh negara yang fisiologis. Faktor fisiologis utama adalah tingkat gairah, yang mengacu pada kesiapan keseluruhan organisme manusia untuk terlibat dalam kegiatan. Hubungan antara tingkat gairah dan belajar diringkas dalam Gambar berikut yang menunjukkan bahwa anak baik di tingkat yang sangat rendah (hampir tidur) atau pada tingkat yang sangat tinggi (hampir panik). Anak cenderung untuk belajar pada tingkat medium gairah, ini berarti bahwa jika anak berada pada tingkat yang sangat rendah gairah, guru harus melakukan hal-hal untuk meningkatkan gairah. Jika belajar terhambat oleh tingkat gairah berlebihan,  maka guru harus melakukan hal-hal yang mungkin untuk mengurangi tingkat gairah.
รจ    Hubungan antara tingkat gairah dan efisiensi belajar. Tingkat gairah dipengaruhi oleh apa yang guru lakukan, dengan apa yang pelajar lakukan, dan faktor lainnya. Berikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan tingkat gairah: 
·         Memperkenalkan topik dengan cara yang menarik
·         Menggunakan humor selama belajar
·         Menghindari berbicara datar
·          Mendorong siswa yang berbeda-beda untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas
·          Panggilan pada siswa dalam tak terduga dari urutan yang telah ditetapkan
·         Menimbulkan pertanyaan yang sifatnya agar siswa ingin belajar atau menemukan jawaban
·          Memvariasikan gaya atau urutan presentasi - menghindari melakukan segala sesuatu dalam urutan yang sama setiap hari
·         Memberikan tes atau kuis pada interval yang tepat, sehingga siswa merasa terus-menerus bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari
·         Bergerak di sekitar ruangan daripada berdiri kaku di belakang podium
·         Memberikan istirahat selama sesi kelas lama
Selain faktor siswa dan guru, ada faktor  lain yang mempengaruhi tingkat gairah. Contohnya, tingkat gairah turun drastis pada hari yang sangat panas atau bahkan di hari yang dingin ketika pendingin dikelas terlalu dingin. Demikian juga, bangku kelas mungkin menindas tidak nyaman, kelelahan setelah pelajaran sebelumnya, terlalu nyaman dengan rasa yang dirasakan oleh anak.
2.      Aspek Sosial
    1. Kompetitif adalah dimana anak merasa bahwa mereka akan dihargai berdasarkan perbandingan dengan anak lain. Tujuan dari siswa di kelas kompetitif adalah melakukan lebih baik dari pada teman-teman sekelas mereka.
    2. Individualistik merupakan salah satu yang menganggap diri mereka sebagai anak yang untuk imbalan kerja mereka sendiri. Dalam lingkungan ini, siswa tidak perlu khawatir tentang apa yang orang lain kerjakan. Tujuan mereka adalah untuk memenuhi standar yang mereka atau guru yang telah ditetapkan.
    3. Kooperatif adalah dimana anak merasa bahwa mereka bekerja bersama dengan anak lain untuk mendapatkan penghargaan. Dalam lingkungan ini, keberhasilan anak tergantung pada keberhasilan siswa lainnya. Tujuan penting dari siswa di kelas koperasi adalah untuk mendorong dan memungkinkan siswa lain untuk berhasil.