Locus of Control / Lokus Kendali
LOKUS KENDALI
Locus of Control / Lokus Kendali mempengaruhi penerimaan perilaku disfungsional audit maupun perilaku disfungsional audit secara aktual, kepuasan kerja, komitmen organisasional dan turnover intention (Reed et al; 1994 dalam Puji , 2005; Donelly et
al, 2003)
Teori Locus of Control / Lokus Kendali menggolongkan individu apakah termasuk dalam locus internal atau eksternal. Rotter (1990) dalam ( Hyatt & Prawitt, 2001) menyatakan bahwa Locus of Control / Lokus Kendali baik internal maupun eksternal merupakan tingkatan dimana seorang individu berharap bahwa reinfocement atau hasil dari perilaku mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. Mereka yang yakin dapat mengendalikan tujuan mereka dikatakan memiliki internal Locus of Control / Lokus Kendali, sedangkan yang memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar disebut memiliki external Locus of Control / Lokus Kendali (Robbins, 1996).
Locus of Control / Lokus Kendali berperan dalam motivasi, Locus of Control / Lokus Kendali yang berbeda bias mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karier dari pada eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagai tambahan, internal dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi
dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada eksternal
(Baron & Greenberg, 1990 dalam Puji, 2005). Penelitian Rotter, (1990) dalam Hyatt &
Prawitt (2001) menjelaskan bahwa eksternal secara umum berkinerja lebih baik ketika
pengendalian dipaksakan atas mereka.
Atribut kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku organisasi dengan memandang menggunakan Locus of Control / Lokus Kendali
Beberapa atribut kepribadian yang dapat menjelaskan dan meramal perilaku karyawan :
- Lokus kendali : Ada 2 tipe orang disini, yaitu (1) orang yang yakin bahwa mereka adalah pion dari nasib mereka sendiri, dan (2) orang yang melihat hidup mereka sebagai dikendalikan oleh kekuatan luar (eksternal).
Sejumlah besar riset membuktikan bahwa individu yang lokus kendalinya eksternal kurang puas dengan jabatan, memiliki tingkat kemangkiran yang tinggi, lebih teraliensi dari pengaturan kerja, dan kurang terlibat pada jabatannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh pandangan mereka bahwa output dari organisasi bukanlah berasal dari tindakan mereka. Sedangkan orang internal menganggap semua output adalah hasil dari tindakan mereka, sehingga jika kondisinya tidak memuaskan mereka lebih mungkin akan keluar dari pekerjaan. Namun bukti keseluruhan menunjukkan orang internal umumnya berkinerja lebih baik, lebih aktif mencari informasi, lebih termotivasi, dan berusaha lebih untuk mengendalikan lingkungannya.
- Machivelianisme : orang yang machiavelianismenya tinggi akan cenderung pragmatis, menjaga jarak emosional, dan yakin bahwa tujuan dapat menghalalkan cara. Riset menunjukkan bahwa orang dengan Mach tinggi cenderung akan melakukan manipulasi, lebih banayk menang, dan kurang bisa dibujuk. Orang dengan Mach yang tinggi akan tumbuh subur bila mereka berinteraksi langsung/tatap muka dengan orang lain, terjadi situasi dengan kaidah dan aturannya yang minimal, sehingga memungkinkan terciptanya ruang untuk berimprovisasi, dan bila keterlibatan emosional pada rincian-rincian yang tidak relevan berhasil mengacaukan orang dengan Mach yang rendah.
Apakah orang dengan Mach yang tinggi bisa menjadi karyawan yang baik, hasilnya tergantung pada jenis pekerjaannya dan apakah implikasi etis perlu dipertimbangkan dalam evaluasi kerja.
- Harga diri : yaitu sejauh mana seseorang memiliki rasa suka atau tidak suka terhadap dirinya sendiri. Orang dengan SE (self esteem) tinggi yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam pekerjaan. Namun mereka memiliki resiko lebih besar dalam seleksi pekerjaan dan lebih mungkin untuk memilih pekerjaan yang tidak konvensional. Sebaliknya, orang dengan SE rendah lebih rentan terhadap pengaruh luar, bergantung pada penerimaan evaluasi positif dari orang lain, memperhatikan bagaimana menyenangkan orang lain, dan lebih suka berkompromi dengan perilaku dan keyakinan dari orang yang mereka hargai. Namun orang dengan SE tinggi lebih puas dengan pekerjaan mereka.
- Pemantauan diri : merujuk pada kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal. Orang yang pemantauan diri tinggi sangat peka terhadap isyarat eksternal, mampu menyajikan kontradiksi mencolok antara personal publik dengan diri pribadi mereka, memberi perhatian lebih dekat pada perilaku orang lain, dan lebih mampu menyesuaikan diri. Orang yang pemantauan dirinya rendah adalah sebaliknya.
- Mengambil resiko : kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko akan berdampak pada berapa lama waktu yang diperlukan seorang manager untuk mengambil keputusan dan berapa banayk informasi yang mereka butuhkan sebelum menentukan pilihan. Meskipun pekerjaan mereka pasti menerjang resiko, namun perbedaan individual akan tetap ada. Perbedaan ini perlu dipertimbangkan dan disesuikan dengan permintaan-permintaan pekerjaan tertentu. Misalnya jabatan akunting akan lebih baik jika diisi oleh orang yang kecenderungan mengambil resikonya rendah. Namun hal yang sebaliknya berlaku bagi pedagang saham.
- Kepribadian tipe A dan B : adalah orang yang secara agresif terlibat dalam pergumulan yang kronis dan tanpa henti untuk mencapai lebih banayak dalam waktu lebih sedikit, dan jika perlu, melawan orang-orang/upaya-upaya lain yang menentang. Ciri-ciri mereka adalah : selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat, merasa tidak sabar dengan tingkatan dari kebanyakan peristiwa yang ada, berusaha keras untuk berpikir atau melakukan dua atau lebih hal sekaligus, tidak dapat menghadapi waktu luang, dan terobsesi penuh dengan jumlah (mengukur sukses dari seberapa banyak yang dapat mereka peroleh).
Sedangkan kepribadian tipe B adalah kebalikannya, dengan ciri-ciri : tak pernah mengalami keterdesakan waktu atau ketidaksabaran, merasa tidak perlu memamerkan atau membahas apa yang mereka capai, bermain untuk mendapatkan kegembiraan dan relaksasi, bukannya untuk memperlihatkan superioritas, dan dapat santai tanpa rasa bersalah.
Tipe A memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, terus menerus memasukkan diri dalam tekanan, dan menciptakan tenggat waktu untuk diri sendiri. Mereka adalah pekerja yang cepat karena lebih menekankan pada kuantitas, menunjukkan persaingan dengan bekerja berjam-jam, tidak jarang mengambil keputusan yang salah karena terlalu tergesa-gesa, kurang kreatif, mengandalkan pengalaman masa lampau, jarang berubah, dan lebih mudah diramalkan perilakunya. Perilaku tipe A diatas cukup menunjukkan bahwa orang dengan tipe B akan lebih berhasil.
No comments:
Post a Comment