Tuesday, April 5, 2011

Pola Asuh Orang Tua


A.      Pola Asuh Orang Tua
Sebelum membahas mengenai konsep pola asuh orang tua, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai makna dari keluarga. Sebab, pola asuh orang tua terjadi dalam lingkup pendidikan keluarga.Lingkungan keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama dan terpenting, karena sejak timbulnya adab kemanusiaan, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap – tiap manusia (Dewantara, dalam Shochib,1998:100).
Selanjutnya Gerungan (1996:180) mengemukakan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompok. Di dalam keluarga, individu pertama – pertama belajar memperhatikan keinginan – keinginan orang lain, belajar bekerjasama, belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma – norma dan percakapan – percakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain.
Pengalaman berinteraksi anak dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa ada pengaruh orang tua terhadap perkembangan kepribadian anak, dimana pengaruh tersebut dapat diwujudkan melalui ucapan – ucapan, perintah yang harus dikerjakan anak, dukungan dan larangan terhadap hal – hal yang dilakukan anak, hukuman dan ancaman terhadap perilaku yang tidak boleh dilakukan anak, dan selanjutnya akan menjadi model yang akan dicontoh, kemudian diresapi, untuk selanjutnya akan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya.
Schaefer (1991:7) mengemukakan bahwa tujuan utama mengasuh anak adalah mempunyai tanggung jawab mensosialisasikan anak yang mengarah pada perkembangan pribadi dan moral anak. Mengasuh anak merupakan usaha keras untuk membentuk anak berkepribadian seperti harapan orang tuanya pada umumnya.Bagi orang tua, mengasuh anak merupakan proses yang kompleks sebab banyak hal yang harus diperhatikan. Hal yang berkaitan dengan model dan cara orang tua mengasuh anaknya antara lain pemberian kasih sayang, penanaman rasa disiplin, pemberian hadiah, pemberian hukuman, pemberian teladan, penanaman sikap dan moral, perlakuan yang adil, pembuatan peraturan serta kecakapan mengatur anak. Secara keseluruhan rincian tersebut termasuk dalam rangkaian suatu pola tertentu, dalam hal ini adalah pola asuh orang tua.
Menurut Hidayah,dkk (1994:20) Pola asuh orang tua adalah suatu “parental attitude” dimana orang tua memperlakukan anaknya dalam komunikasi sehari – sehari dalam mengasuh dan memelihara anak, baik ayah, ibu maupun keduanya.Dalam mengasuh anak khususnya remaja, orang tua harus memperhatikan bagaimana dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, pemberian reward dan punishment pada perilaku anak serta penanaman sikap dan moral kepada anak.

            Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara mendidik dan membimbing orang tua kepada anaknya yang mengarah kepada pengembangan pribadi dan menentukan perilaku bagi anak dalam suatu keluarga.

B.       Jenis Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) dikategorikan menjadi tiga macam yaitu otoriter, demokratis, dan permisif.
1.      Pola Asuh Otoriter
Menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) pola otoriter disini orang tua menentukan segala kegiatan anaknya secara paksa. Orang tua menentukan kegiatannya dan anak hanya diberi instruksi langkah – langkah yang paling  dekat, tanpa diberikan kebebasan untuk menentukan kegiatannya sendiri.
Menurut Hurlock (dalam Hidayah,dkk 1994:21) Penerapan pola asuh otoriter akan menimbulkan percekcokan karena orang tua berharap dirinya lebih mengambil peran dalam kehidupan anaknya.Keputusan atas segala sesuatu ditentukan oleh orang tua, sehingga anak akan cenderung mendapatkan hukuman fisik bila menentang orang tua. Sementara remaja yang mendapatkan pola asuh ini, bila kecenderungan emosional kuat, maka berakibat adanya perselelisihan dalam keluarga, meyebabkan perilaku agresi muncul sebagai bentuk perlawanannya.
Dalam pola asuh ini orang tua mengontrol semua aktivitas anak dengan ketat, membuat standar yang harus dituruti oleh anak serta orang tua tidak memberikan kebebasan anak untuk melakukan hal yang diinginkan, sehingga jika anak melanggar peraturan orang tua maka sanksi hukuman fisik maupun verbal akan diterima anak. Selain itu juga tidak memberikan pujian (reward) atas perilaku yang telah dilakukan, meskipun perilaku tersebut dilakukan sesuai dengan kehendak dari orang tua mereka.Anak dalam pengasuhan ini merasa terkekang, menyebabkan perkembangan anak mengalami kemunduran, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, ragu – ragu dalam bertindak dan lamban berinisiatif.
Berdasarkan uraian diatas bahwa dalam keluarga otoriter, perkembangan anak semata – mata ditentukan orang tua. Disini orang tua cenderung menguasai anak. Anak tinggal patuh saja pada orang tua, seolah – olah orang tua berdiri didepan dan anak beridiri di belakang mengikuti semua kehendak orang tua.Sehingga akan membentuk anak yang memiliki sifat suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangan, mudah putus asa, kecemasan dan ragu – ragu dalam mengambil keputusan.
2.      Pola Asuh Demokratis
            Anak yang dibesarkan dalam pola asuh demokratis akan mempunyai rasa percaya diri yang baik, bertanggung jawab dan dapat menghargai orang lain. Anak disini diberi kebebasan untuk memilih dengan disertai bimbingan yang penuh kasih sayang dan pengertian dari orang tua (Hurlock, dalam Hidayah,1994:21).
            Menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) pola asuh demokratis disini orang tua sebagai pemimpin keluarga mengajak anaknya menentukan tujuan serta merencanakan langkah – langkah. Orang tua memberi bantuan nasehat dan memberikan saran – saran kepada anak mengenai macam kemungkinan yang dapat mereka pilih sendiri mana yang terbaik.
            Berdasarkan uraian diatas bahwa keluarga demokratis, orang tua tidak bersikap “maha kuasa” dan orang tua tidak bersifat “tak berkuasa sama sekali” terhadap perkembangan anak.Perkembangan anak tidak dibiarkan begitu saja tanpa kontrol orang tua, tetapi anak juga tidak menerus diatur sehingga sama sekali tidak mendapatkan kebebasan dalam bertingkah laku dan berinisiatif.Orang tua dalam keluarga ini bersikap di depan memberi contoh, ditengah memberikan motivasi dan di belakang memberikan dorongan. Orang tua dalam keluarga demokratis memiliki tanggung jawab dan dapat dipercaya.
3.      Pola Asuh Permisif
Menurut Lippit dan White (dalam Fauzan,1991) istilah pola asuh permisif ini adalah orang tua menjalankan peranan yang pasif, menyerahkan penentuan tujuan dan kegiatan seluruhnya kepada anak dengan memenuhi segala kebutuhan, tanpa mengambil inisiatif apapun dan orang tua hanya bertindak sebagai penonton. Pola asuh permisif ini diberi istilah juga dengan rejection atau penolakan, dimana orang tua memperlakukan anak dengan sifat yang keras, penuh kebencian, tanpa kasih sayang dan selalu menentang kemauan anaknya.
Sedangkan pendapat dari Hurlock (dalam Hidayah,1994) orang tua dalam pola asuh permisif menunjukan kontrol yang kurang, orang tua bersikap longgar atau bebas, bimbingan terhadap anak kurang dan semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya. Pola asuh ini orang tua menjalankan peranan yang pasif, menyerahkan penentuan tujuan dan kegiatan seluruhnya kepada anak dengan memenuhi segala  kebutuhan.
Berdasarkan uraian diatas bahwa keluarga permisif, orang tua membiarkan anak berkembang secara bebas. Anak merupakan pusat dari segalanya, sedangkan orang tua sekedar mengikuti dari belakang. Anak dibiarakan bebas untuk melakukan segala hal yang disukainya. Orang tua hanya mengikuti apa yang dilakukan anak, sehingga anak kurang mempunyai rasa hormat pada orang tua.

C.      Faktor – faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan artikel online Lentera Kehidupan (2010, akses www.beranda.blogspot.com), faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua sebagai berikut.
1.        Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor pembentuk kepribadian. Lingkungan dengan kondisi yang ramai, panas dan bersesakan akan memudahkan timbulnya perilaku yang cenderung negatif. Keluarga yang tinggal dalam lingkungan ini, cenderung akan bersifat lebih keras daripada lingkungan yang bersuasana tenang. Dalam hal ini, pola asuh orang tua akan terpengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya.


2.        Faktor Turun – temurun
Sebagian orang tua mewarisi pola asuh yang didapatkan dari orang tuanya. Seorang bapak atau ibu sebagai orang tua menerapkan pola asuh orang tua sesuai dengan pengasuhan yang dialaminya sejak kecil. Tidak semua pengasuhan dari orang tuanya dahulu diterapkan dalam pola asuh, tetapi orang akan menerapkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

No comments:

Post a Comment